Selasa, 20 Januari 2015

Hujan yang Disusul Kamu

 Hai. Lama tidak menulis di blog ini. Jemari ini kaku dan bingung memilih kata yang tepat hehe. Apa kabar readers? Semoga kalian masih setia membaca blogku ini.

Judul yang ku pilih adalah "Tentang Pria di Seberang Sana". Pria yang kini tidak  lagi muncul di hadapanku. Pria yang tidak lagi ada saat aku merindukannya. Pria yang tidak lagi menjadi Alice-ku. Ah.. apa iya aku merindukannya? Sepatah katapun tak pernah terucap dari mulut kami berdua. Dia... dia berbicara dengan matanya. Dan itu pertama kalinya aku berani menatap mata orang yang belum ku kenal sama sekali.

Dia juga tidak sembarang melempar senyum. Dia pelit senyum hihi x) dia juga cenderung orang yang kaku. Namun, satu yang ku suka. Bagaimana dia mengungkapkan perasaannya melalui tulisan. Tulisan yang bahkan kadang aku tak mengerti apa artinya, namun aku tahu itu adalah tulisan yang indah.

Draf yang ku tulis semalam. Yang tak jadi ku publikasikan. Yang akan kubiarkan menjadi draf. Namun, sekarang entah mengapa aku ingin untuk mempublikasikannya. Mungkin.... karena pertemuan kita sore tadi?

Siapa sangka hujan membawaku kepadamu? Benar ternyata, bertemu secara tidak langsung itu terdengar lebih indah. Melibatkan unsur takdir yang telah dituliskan oleh Tuhan.

Kamu masih di sana. Di seberang sana. Di tempat yang tak bisa ku gapai. Atau mungkin tak ingin ku gapai? Mataku membelalak saat mendapati sosokmu. Entah mengapa mudah bagiku untuk mengenalimu walau aku hanya melihat punggungmu. Ah... sepertinya aku terlalu memerhatikanmu ya? Aku nyaris tak bisa mengalihkan pandanganku darimu. Namun, aku tetap menciptakan jarak di antara kita. Karena aku sadar, kehadiranku hanya akan mengusikmu dan waktumu bersama hujan. Bahkan saat kau turun dari angkutan yang kita naiki bersama, aku tetap melihatmu. Melihatmu lekat-lekat seolah tak ada hari esok untuk melakukannya. Siapa yang tahu, kapan aku bisa melihatmu lagi? Bertemu denganmu lagi. Dan... diam-diam mendengarkan suaramu.

Berlebihan mungkin bagi kalian tapi sungguh mataku berkaca-kaca saat aku melihatnya. Aku merasa bertemu dengan kakak laki-lakiku yang telah hilang entah sejak kapan. Lagi-lagi hujan. Hujan menjadi penghubung antara aku dan dia. Tuhan, terimakasih telah mengijinkanku melihatnya hari ini. Lalu kamu, iya kamu, aku harap ada hari lain seperti ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar