Malam ini rasa kegelisahan menyelimuti
hatiku. Aku bahkan tak tahu apa yang membuat diriku merasa sangat gelisah.
Tidak. Tuhan, yakinkan aku bahwa ini bukanlah karena dia. Aku yakin jika ini
bukan karenanya. Meskipun aku tak tahu alasan mengapa aku merasa gelisah namun
hatiku meyakinkanku bahwa ini bukan karenanya. Hatiku tak pernah berbohong kan?
Tapi bagaimana jika hatiku berbohong? Apa tak
ada yang dapat ku percaya di dunia ini? Bahkan hatiku tengah berbohong kali
ini.
Malam ini tiba-tiba bayanganmu hadir dalam
benakku. Kepingan kenangan yang telah hancur kembali muncul dan mengingatkanku
padamu. Aku yakin aku telah membuang kenangan itu, namun kenangan itu tak
pernah pergi. Setiap aku telah hidup tenang dan melupakanmu, ia kembali.
Tidakkah kau tahu betapa tersiksanya aku? Kenangan itu membawaku pada saat kita
bertemu pertama kali. Ingatkah engkau?
Perlahan aku menaiki anak tangga. Saat itu
aku benar-benar takut dengan orang baru yang akan ku temui. Aku membenci
orang-orang baru. Bukan karena aku tidak ingin mengenal mereka, namun menemukan
hal yang baru berarti meninggalkan hal yang lama, bukan? Aku benci mengulangnya
dari awal. Aku benci meninggalkan orang-orang yang telah ku percayai, begitupun
sebaliknya. Perlahan aku membuka pintu berwarna hijau itu. Samar-samar ku
dengar keributan kecil di dalam ruangannya. Dan ketika aku memasuki ruangan
itu, aku benar-benar disambut. Ah... bukan olehmu tapi oleh temanmu. Temanmu
yang dulunya adalah teman masa kecilku. Kursi di dekat dinding menjadi
pilihanku. Aku menghindari bertemu dan saling bertegur sapa dengan yang lain.
Aku benci melihat diriku yang lain saat bersama mereka. Diam-diam aku mulai
memperhatikanmu. Bahkan saat itu kau sama sekali tak melihat ke arahku? Apakah
saat itu aku tak lebih dari sebutir debu yang sekedar lewat di depan matamu?
Pada hari selanjutnya kau mulai bersikap
terbuka. Meski masih bukan aku yang kau lihat, melainkan dia.
Pahit rasanya mengetahui bahwa kau ternyata
menyukai dia. Tapi tahukah kau apa yang lebih menyakitkan hatiku? Kau meminta
pertolonganku agar kau bisa bersama dengannya. Kenapa kenyataan tak pernah menjadi
manis untukku?
Tapi, pernah sekali kenyataan menjadi manis
untukku. Saat kau menyatakan cinta padaku. Saat kau tawarkan kepadaku tempat
kosong di hatimu. Aku menerimanya. Tapi kenapa kau meninggalkanku? Seolah kau
tak pernah menyatakan cintamu kepadaku.
Hingga saat ini aku masih menyimpan rasa itu.
Hingga tempat di hatimu telah tak ada lagi untukku. Bahkan ketika hatimu
menolakku mentah-mentah, aku masih menyimpan cinta ini. Salahkah aku berharap
suatu saat kekosongan hatimu dapat diisi olehku?
Sungguh aku masih di sini. Menunggumu. Hatiku
masih menunggumu. Kau hanya perlu menoleh sedikit ke belakang. Aku ada di sini.
Tidakkah kau mendengar hatiku yang meronta-ronta agar kau kembali?
with
cold tears,

Tidak ada komentar:
Posting Komentar