"Ibu......" panggil seorang gadis berusia 15 tahun padanya. Gadis itu bernama Adinda, sebut saja dia Dinda. Tak ada yang istimewa dari gadis ini apabila dilihat dalam sekejap mata. Gadis ini memiliki sifat kekanak-kanakan. Mungkin terlalu kekanak-kanakan untuk gadis seumurannya.
"Kenapa sayang?" jawab ibunya sambil mengelus kepala anak kesayangannya itu.
"Ibu, tahukah ibu? Hari ini aku sangat bahagia."
"Kenapa? Mau ceritakan pada ibu?"
"Um.." Dinda mengangguk dengan bersemangat.
"Apa yang membuatmu bahagia? Apa dinda mendapat permen?"
"Bukan bu... Ibu tahu tidak tetangga kita?"
"Tetangga kita? Yang mana sayang?"
"Itu bu, yang bersekolah di SMA N 33. Ibu tahu kan?"
"Maksudmu Adriel?"
"Tepat sekali!"
"Kenapa dengan Adriel?"
"Aku jatuh cinta padanya bu." jawab Dinda yang sekarang tersipu malu.
"Jatuh cinta? Memang Dinda mengerti apa itu cinta?"
"Cinta itu kebahagiaan, kesenangan. Pokoknya segala tentang keindahan itu cinta bu."
Ibunya tersenyum simpul mendengar jawaban anaknya itu.
"Dinda, kamu mengatakan cinta itu tentang segala keindahan karna Dinda sedang bahagia. Coba kalau Dinda sedang merasa sedih dan sakit karna cinta. Pasti Dinda akan mengatakan hal yang sebaliknya."
"Tidak bu, cinta memang benar indah!" Dinda bersikeras dengan kesimpulan yang ia dapat dari perasaannya.
"Dinda, cinta itu tidak selamanya tentang kebahagiaan. Terkadang cinta menimbulkan rasa sakit yang teramat dalam sampai kita tahu bahwa cinta itu sendirilah juga yang menjadi obatnya."
"Tidakkah itu aneh, bu?"
"Itu tidak aneh. Itu memang hakikat cinta. Ketika Dinda jatuh cinta berarti mau tidak mau Dinda harus siap dengan segala resiko yang dihadirkan sang cinta. Cinta, bisa menjadi racun yang sangat berbahaya. Sakit sekali rasanya."
"Apakah sangat sakit, bu?"
"Hm.. Iya."
"Lalu, kenalkan aku pada cinta tanpa rasa sakit. Kenalkan aku pada cinta yang hanya menghadirkan kebahagiaan bu. Aku ingin merasakan cinta tanpa rasa sakit."
"Tidak bisa Dinda. Bahagia dan sakit, mereka sudah menjadi dari bagian cinta yang tak terpisahkan."
"Kalau begitu aku tidak mau merasakan cinta."
"Dengarkan ibu, sekuat apapun kamu menghindar dari cinta, kamu tidak akan bisa. Cinta selalu ada di sekeliling kita. Cinta, tanpa kita hindaripun ia pasti akan datang. Semua orang di dunia ini membutuhkan cinta. Tak terkecuali. Bahkan presiden kitapun memerlukan cinta. Cinta itu racun tapi juga obat."
"Cinta itu menakjubkan."
"Benar. Cinta, satu kata dengan segala kemungkinan yang tidak pernah kita duga sebelumnya. Berhati-hatilah dengan cinta ya sayang. Jika kamu jatuh cinta, jangan jatuh terlalu dalam. Karena bila ia menyakitimu, kamu akan sulit untuk keluar dari cinta itu." kata ibunya sambil tersenyum.
"Terimakasih ibu...." jawab Dinda sambil memeluk ibunya erat.